Selasa, 16 Oktober 2018

PENANGANAN KEDARURATAN PERDARAHAN DI RONGGA MULUT


PENANGANAN  KEDARURATAN PERDARAHAN DI RONGGA MULUT



Latar Belakang

          Perdarahan dirongga mulut merupakan suatu keadaan tidak normal dimana darah keluar dari pembuluh darah di area rongga mulut. Perdarahan ini bias merupakan perdarahan tertutup dimana darah terjebak dalam jaringan di bawah mukosa,maupun perdarahan terbuka dimana darah berada di rongga mulut. Perdarahan terbuka yang terjadi di dalam rongga mulut seringkali menyebabkan kepanikan pasien, karena darah akan mengalami pengenceran oleh air ludah sehingga mengesankan volume yang lebih dari yang sebenarnya.

          Pada batas tertentu dimana pasien merasa tidak nyaman dan tidak aman maka akan mencari pertolongan kepada tenaga kesehatan, maka sudah seharusnya tenaga-tenaga kesehatan dilini terdepan seperti pada unit pelayanan gawat darurat, maupun drg di klinik  pratama memahami hal-hal yang berkaitan dengan perdarahan di rongga mulut. Begitupun tenaga paramedic di ruang rawatan sudah semestinya mampu melakukan penanganan dengan baik, karena perdarahan mungkin saja terjadi dalam 24 jam pertama setelah dilakukan prosedur gigi dan bedah mulut.





Penyebab perdarahan rongga mulut.

          Pemahaman tentang perdarahan  akan sangat membantu dalam melakukan penatalaksaaan perdarahan di rongga mulut. Ketika menjumpai kasus perdarahan dirongga mulut yang perlu diketahui penyebab dari perdarahan sebab hal ini berpengaruh terhadap penatalaksanaan yang akan dilakukan.

Etiologi perdarahan rongga mulut dapat dibedakan

1.   Faktor local

a)    Trauma di area maxillofacial

Biasa terjadi pada kasus kecelakaan, jatuh atau adanya tindak kekerasan.

Pemeriksaan klinis adanya crepitasi dan deformitas 

Pemeriksaan  radilogi cranium antero posterior, panoramic dapat dilakukan untuk mendukung diagnose.

b)   Trauma dentoalveolar dan jaringan perioral

Biasa terjadi pada kasus kecelakaan, jatuh atau adanya tindak kekerasan. Beberapa kasus sering terjadi pada anak yang baru dapat berjalan sampai masa pra sekolah. Trauma dentoalveolar dapat mengenai gigi  maupun  pada jaringan lunak seperti bibir,gusi, dasar mulut, langit-langit yang menyebabkan lacerasi. Anamnesa dengan keluarga sangat penting untuk menentukan penyebab perdarahan.

c)    Pencabutan gigi

Paska cabut gigi perlu diwaspadai risiko perdarahan 24 jam sesudahnya. Terutama pada kasus-kasus pencabutan yang sulit, tetapi tidak  menutup kemungkinan juga pada kasus pencabutan yang relatif mudah. Ketidak patuhan pasien terhadap instruksi paska pencabutan bias menjadi penyebab terjadinya perdarahan.

d)   Peradangan mukosa rongga mulut

2.   Faktor sistemik

a)  Perdarahan di organ dalam

b)  Manifestasi beberapa penyakit sistemik seperti DHF, ITP, Leukemia

c)  Hipertensi

d)  Efek samping obat antikoagulan

e)  Penyakit kelainan darah seperti haemofilia.

Penatalaksanaan

          Penanganan kasus kasus perdarahan di rongga mulut memerlukan ketelitian dalam menentukan penyebab perdarahan, yang mana hal ini menentukan bagaimana penatalaksanaan yang tepat.  Informasi yang tepat mengenai kasus perdarahan didapatkan melalui cara:

1.   Anamnesa

Perlu digali melalui anamnesa informasi sebanyak mungkin mengenai penyebab perdarahan seperti:

a.    sudah berapa lama,

b.    seberapa banyak darah keluar,

c.    riwayat perdarahan sebelumnya terkait dengan pasien ataupun keluarga,

d.   apakah pasien sudah mendapatkan prosedur gigi, 

e.    serta apakah pasien menderita penyakit sistemik tertentu.

f.     Apakah pasien mendapatkan pengobatan dengan preparat tertentu

2.   Pemeriksaaan Obyektif.

a.    Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah,

b.   Lakukan pemeriksaan obyektif baik intraoral maupun ekstra oral, Adalah jejas yang nyata sebagai sumber perdarahan, atau perdarahan yang difus.

c.     Adakah tanda tanda trauma pada area maxilla facial. Adanya deformitas wajah patut dicurigai adanya trauma yang menyertai perdarahan, secara cepat adanya fraktur bias diketahui dengan melakukan palpasi bimanual, dan adanya krepitasi dan deformitas anatomi.

3.   Pemeriksaan penunjang bias dilakukan dengan rontgen foto untuk mengetahui adanya fraktur pada jaringan keras.

4.   Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kelainan haematologi yang bias menjadi penyebab perdarahan.



Tindakan darurat pada keadaan perdarahan adalah menghentikan perdarahan secepat mungkin. Upaya ini akan berhasil dengan baik jika kita mampu mendeteksi penyebab dari perdarahan tersebut. Prosedur tindakan yang bias dilakukan adalah sebagai berikut:

1.    Tempatkan pasien pada tempat yang nyaman dan tenang

2.   Pastikan dimana sumber perdarahan

3.   Jika ada luka terbuka lakukan suturing.

4.   Tampon dengan tekanan pada area perdarahan, bias ditambahkan agen anti haemoraghi maupun vasokonstriktor pada tampon.

5.   Cek tekanan darah pasien, dan lakukan terapi intervensi jika tekanan darah tinggi  (rawat bersama dengan dr yang berkompeten)

6.   Lakukan pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi jika diperlukan.

7.   Jika dalam 5 menit ditampon belum ada tanda tanda perdarahan berhenti bias dipertimbangkan pemberian obat-obatan anti perdarahan secara intra oral maupun intra vena.

8.   Hentikan pemakaian obat yang memperpanjang waktu perdarahan,contoh antikoagulan.

9.   Observasi perdarahan dalam 24 jam, hindari berkumur, dan makan minum yang panas.

10.               Pengobatan lanjutan sesuai dengan kebutuhan pasien, sesuai dengan penyebab perdarahan.



Penutup

          Penanganan perdarahan dirongga mulut yang tepat memerlukan informasi yang lengkap mengenai penyebab dari perdarahan tersebut maupun sebab lokalmaupun sistemik. Setiap tenaga kesehatan di unit pelayanan gawat darurat, dan ruang rawatan diharapkan mampu melakukan dengan baik, dan perlu dibekali ilmu tentang tata cara penatalaksanaannya.




























DAFTAR PUSTAKA

PETERSON LJ, 1998 CONTEMPORARY ORAL AND MAXILLOFACIAL SURGERY, MOSBY CO.