Kamis, 23 Juli 2009

GERAHAM 3 SI BUNGSU YANG SUKA BERULAH


Wulan berbaring tergolek dikamar kosnya, membayangkan teman-temannya yang sedang menghadapi soal ujian di kampus tempatnya menimba ilmu. Seandainya tidak sakit tentu dia juga tengah berjuang dengan soal-soal ujian semester, dia yakin akan memperoleh hasil yang baik karena telah mempersiapkannya diri jauh-jauh hari. Tapi ada daya, terpaksa Wulan hanya bias termenung di kamarnya. Tangannya memegang pipinya yang membengkak. Kepalanya pusing, badannya demam ,sesekali dia menyeringai menahan sakit. Ada sedikit penyesalan di hatinya mengapa tidak dari awal ia berobat ke dokter gigi. Sebagai anak kos ia berusaha menghemat pengeluaran, sama sekali ia tak curiga rasa tak nyaman akhir-akhir ini yang dirasakan di gusinya paling ujung bersumber dari gigi, karena selama ini dia selalu menjaga kebersihan giginya dengan baik. Sehingga tak satupun giginya yang berlubang. Dari hasil pemeriksaan dokter gigi kemarin sore dia mendapat keterangan bahwa gigi geraham bungsunya akan tumbuh.
Sebenarnya kasus seperti di atas tak perlu ter jadi seandainya Wulan memahami bahwa masa pertumbuhan gigi tetapnya belum selesai. Pada umumnya orang menganggap bahwa dengan berakhirnya masa kanak-kanak, kurang lebih umur 13 tahun pertukaran gigi susu sudah selesai, padahal sebenarnya proses pertumbuhan gigi tetap baru selesai dengan ditandai tumbuhnya gigi geraham ke-3. atau yang biasa dikenal dengan geraham bungsu. Pada keadaan normal gigi geraham bungsu ini tumbuh pada akhir masa pertumbuhan yaitu sekitar umur 17 – 18 tahun, walaupun pada sebagian orang pertumbuhannya sering terlambat bahkan ketika telah memasuki usia diatas 30 tahun.
Gigi geraham bungsu tumbuh dibelakang gigi geraham ke-2 pada setiap bagian rahang atas maupun rahang bawah. Namun yang sering menyebabkan gangguan rasa sakit yaitu geraham bungsu pada rahang bawah. Karena waktu tumbuhnya yang terakhir seringkali ruang yang tersisa tidak cukup untuk tumbuh gigi tersebut, sehingga terjadi impaksi yaitu gigi yang tak muncul sempurna, baik terhalang oleh tulang maupun oleh jaringan lunak.
Secara teori impaksi gigi geraham bungsu bisa disebabkan oleh faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal yang diduga bisa menjadi penyebab terjadinya impaksi gigi adalah ketidakberaturan posisi dan tekanan dari gigi yang berdekatan, kepadatan jaringan tulang di sekitar gigi, peradangan khronis yang menyebabkan penebalan dari jaringan mukosa di sekitar gigi, kekurangan ruang akibat kurang berkembangnya rahang yang hal ini sering dikaitkan adanya perubahan pola makan masyarakat modern yang lebih lunak dibandingkan pada masyarakat jaman dahulu, letak benih gigi yang salah dan juga bentuk gigi yang abnormal. Sedangkan faktor sistemik menurut teori Berger dibedakan pula menjadi sebab Prenatal dan Postnatal. Sebab Prenatal yaitu karena keturunan, dimana pada orang tua yang impaksi anaknya juga mempunyai kecenderungan yang sama dan juga bisa disebabkan karena perkawinan antar suku yang berbeda dimana ukuran gigi menurun dari orang yang giginya besar, sedangkan ukuran rahang kecil menurun dari orang tua satu lagi, sehingga terjadi kekurangan ruang. Sebab postnatal yaitu semua keadaan yang muncul setelah kelahiran yang menghambat pertumbuhan rahang, misalnya karena dideritanya penyakit-penyakit seperti, Richetsia, Anemia, Siphilis bawaan, TBC, Disfungsi kelenjar endokrin dan keadaan malnutrisi.
Posisi gigi geraham bungsu juga sering mengalami kelainan, bisa vertikal, miring ke depan mesioanguler, miring ke belakang distoanguler maupun horizontal. Posisi gigi geraham bungsu yang tidak normal menyebabkan kotoran di sekitar gigi tersebut susah untuk dibersihkan , yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan lebih lanjut, diantaranya infeksi jaringan gusi di sekitar gigi tersebut atau disebut operculitis yang ditandai dengan rasa nyeri, demam, kadang-kadang disertai pembengkaan dan gangguan membuka mulut, kondisi ini bila tidak ditangani dengan tepat bisa berlanjut menjadi fase akut yang lebih parah yaitu phlegmon yang untuk perawatan lebih lanjut pasien harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Unuk pengobatannya perlu diberikan antibiotika dan penahan rasasakit, untuk mengurangi bau mulutboleh diberikan obat kumur. Proses karies mungkin juga terjadi pada gigi geraham tiga dan bisa melibatkan gigi geraham dua di depannya, serta menimbulkan bau nafas tak sedap halitosis. Sedangkan karena posisi yang tidak normal seringkali menekan sistem persyarafan yang menyebabkan gangguan pendengaran yang mendengung tinnitus aurium, mata sering berair, serta nyeri kepala. Akibat lebih jauh, meskipun jarang terjadi gigi geraham tiga yang impaksi merupakan faktor resiko untuk terjadinya kista maupun tumor yang bersumber dari gigi.
Satu-satunya cara perawatan terhadap gigi geraham tiga yang mengalami impaksi adalah dengan pencabutan. Namun karena posisinya yang terhalang oleh tulang maupun jaringan lunak maka melakukannya dengan operasi gigi atau Odotectomy yang biasanya cukup dengan pembiusan lokal, dimana penderita terlebih dahulu diminta untuk menjalani pemeriksaan rontgen foto, agar dapat diketahui dengan pasti posisinya sehingga dapat ditentukan teknik operasi yang paling tepat. Adakalanya gigi perlu dipecah menjadi beberapa bagian untuk bisa diambil secara keseluruhan.
Ada beberapa keadaan yang merupakan kontra indikasi dimana tindakan Odontectomy tidak boleh dilakukan yaitu pada keadaan dimana terdapat peradangan akut, dan pada pasien-pasien yang kondisinya tidak mengijinkan yaitu pasien dengan kelainan jantung, hipertensi, diabetes mellitus yang tidak terkontrol, penyakit hepatitis, kelainan darah dan beberapa penyakit lain.
Setelah dilakukan tindakan Odontectomy, kadang- kadang dijumpai beberapa komplikasi, meskipun hal itu tidak sesalu terjadi. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah , pembengkakan pada daerah operasi yang biasanya disertai kesulitan membuka mulut, hal ini dikarenakan trauma yang diterima jaringan di sekitar gigi, namun hal ini bersifat sementara yang akan hilang dalam beberapa hari dengan pemberian obat antibiotika dan antiinflamasi. Meskipun jarang terjadi pernah dilaporkan adanya pasien yang mengalami paresthesi (mati rasa) pada bibir bawah atau lidah pada sisi yang dilakukan Odontectomy, hal ini disebebkan adanya cedera saraf yang yang mensarafi lidah dan bibir, biasanya keadaan ini akan pulih dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, namun pasien dianjurkan untuk dapat kontrol sehingga dapat dipantau perkembangan perbaikan sarafnya, yang ditandai dengan semakin sempitnya daerah yang mengalami mati rasa. Komplikasi lainnya adalah perdarahan, biasanya dokter gigi telah melakukan antisipasi dengan melakukan penjahitan pada luka operasi, namun begitu ada baiknya pasien harus mengerti dan mematuhi instruksi pasca bedah agar bisa meminimalkan resiko perdarahan dan resiko lainnya pasca tindakan bedah mulut yaitu:
1. Pembengkaan atau perubahan warna adalah hal biasa. Gunakan kompres es dengan tekanan ringan pada bagian luar wajah pada hari dilakukan tindakan.(20 menit dikompres, 5 menit dilepas)
2. Gigit tampon pada daerah operasi, darah merembes adalah normal , jika perdarahan bertambah tukar tampon tekan kuat kira-kira 15 sampai 30 menit, jika tidak ada tanda-tanda berhenti hubungi dokter gigi.
3. Jangan berkumur-kumur, merokok atau gerakan seperti menghisap, minum atau makan yang panas-panas dan jangan melakukan aktifitas fisik yang berat (misal olah raga) pada hari dilakukan tindakan, karena akan memperbesar resiko terjadinya perdarahan pascaoperasi.
4. Jangan memainkan luka operasi dengan jari maupun ujung lidah karena bisa menyebabkan terlepasnya jahitan yang memicu terjadinya perdarahan. Disamping itu jari dan lidah kita merupakan sumber kuman untuk terjadinya infeksi pada luka operasi.
5. Makan makanan yang lunak pada sisi yang tidak dilakukan tindakan.
6. Keesokan harinya kumur dengan air garam hangat, bila memungkinkan gosok gigi dengan pelan kecuali pada daerah operasi
7. Minum obat yang diberikan dokter gigi sesuai aturan.
Pemahaman mengenai fase pertumbuhan gigi tetap diharapkan akan dapat mengurangi resiko sakit yang sebenarnya bisa dihindari sehingga kita tidak perlu kehilangan momen maupun kesempatan yang penting dalam hidup kita. Begitupun dengan mengetahui resiko yang mungkin muncul, kita dapat dengan cepat mengambil langkah yang tepat dalam perawatan yang berkaitan dengan gigi geraham bungsu.